surat untuk seseorang

untuk seseorang,

lucu rasanya kalau saya bertanya 'kenapa' pada kamu sekarang. Karena toh saya tahu kamu tidak akan pernah menjawab. Retoris. iya, itu namanya. saya lelah. kamu juga lelah. mungkin itu alasannya kamu mundur tiba-tiba. Rasanya lega.

sedemikian lega karena kamu sudah benar-benar pergi degan jejak tipis, hampir tidak terlihat, hampir tidak terasa kamu ada atau pernah ada.

saya bukan tipikal orang jahat yang bisa menjahati kamu dengan tidak membalas pesan atau setidaknya tidak membaca bbm yang kamu kirim, saya hanya tidak sejahat itu. saya masih punya kesadaran untuk tidak melakukan itu karena saya tahu rasanya sakit ada di posisi macam itu.

Sekarang kamu pergi, saya lega. saya tidak perlu melakukan hal-hal jahat yang kata orang perlu dilakukan. tapi melepaskan kamu mungkin tidak semudah itu. Saya pernah menyayangi kamu dulu. punya rasa, katakanlah begitu. rasa yang katamu jangan terlalu dalam. Ya, jangan terlalu dalam, hanya saya yang sakit pada akhirnya.

terimakasih sudah pergi, saya lega. kamu pun lega. saya yakin itu.


never mind I’ll find someone like you. I wish nothing but the best for you.

persis seperti lirik lagu yang kamu nyanyikan untuk saya siang itu. semoga tujuanmu itu memang bisa terjadi. melepaskan saya untuk orang lain yang... seperti saya. ironis.

sekarang saya dan kamu sudah sedemikian jauh, bahkan menatap pun tidak. kita mulai semua dari awal, tidak kenal... seutuhnya. sama sekali.

rasanya seperti direinkarnasi dalam hidup sendiri. memulai semua dari awal secara sadar. mungkin kita harus kenali satu sama lain dari awal, dengan cara yang tepat. dengan cara yang benar.

mungkin itu akan lebih baik.

ya... mungkin nanti.

mungkin.


n.b. terimakasih sudah menemani saya ketika saya tidak bisa tidur, memeluk saya ketika saya menangis, marah ketika saya sakit dan susah diatur, membangunkan saya di pagi hari, menyuruh saya tidur sebelum tengah malam, melarang saya keluar malam supaya tidak sakit, mengingatkan saya untuk makan setiap hari, memberi perhatian yang lebih dari cukup.

dan saya sudah jatuh terlalu dalam kemarin. tak apa. saya sudah kembali lagi. seperti ketika saya tanpa kamu.


terimakasih,





Bernadetha Amanda

saya pernah menjadi seseorang untuk kamu,

ya katakanlah begitu.


P.S.

Demi Tuhan surat ini... luar biasa klise.

ya saya memang harus melewati fase ini. fase klise untuk bisa memaafkan diri sendiri dan berhenti merasa bodoh.

saya sendiri sudah tergopoh-gopoh karena lelah memikul nyeri ini terlalu lama.

klise. ironis. mereka selalu ada berdampingan.

hidup.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

press PLAY!

other posts...

want to know something?

Foto Saya
Bernadetha Amanda
I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Lihat profil lengkapku

now, count!

free hit counter

followers

Pages