bukan apa-apa!

Apa? Aku hanya seorang gadis biasa berumur 15 tahun. Itu saja. Tak ada yang lebih dariku. Tak ada piala-piala. Tak ada medali-medali kejuaraan. Tak ada gelar-gelar khusus. Biasa. Hanya seorang gadis biasa. Seorang gadis yang suka bermimpi. Tapi akhir-akhir ini aku malas bermimpi. Kenapa? Awalnya apa yang aku impikan selalu indah. Namun akhir-akhir ini semua mimpi itu seolah berputar dan pergi entah kemana. Aku jadi memimpikan hal yang tak semestinya ku pikirkan. Hidup. Masa depan. Kematian.
Dulunya aku suka memikirkan masa depan dan hidupku. Aku suka sekaligus takut. Takut kalau-kalau mimpiku hanyalah sebuah buaian angin semata, hanya sebuah harapan kosong yang hanya membuatku menghabiskan waktu sia-sia. Aku memejamkan mataku memeluk bantal dan mulai bermimpi. Aku. Hidup. Masa depan. Lalu entah kenapa aku mulai berpikir bagaimana akhirnya.
Seolah membuat sebuah cerita, aku merangkai setiap adegannya dari awal, namun bedanya, yang aku rangkai adalah hidupku sendiri, yang sampai sekarang aku tak tahu bagaimana akhirnya. Aku sempat berpikir untuk jangan pernah berpikir tentang akhir hidupmu atau kau akan mencoba untuk mengakhirinya seketika itu juga. Hampir tiap hari aku berkata seperti itu pada sahabat dan teman-temanku. Aku memang munafik. Aku pernah merasa menjadi gadis paling munafik di seluruh dunia. Aku tidak pernah tetap dengan hatiku entah dalam hal apapun. Persahabatan, keluarga, pelajaran, bahkan aku masih berperan seperti orang munafik dalam mimpiku.
Aku berprinsip: “hidup ini adalah sebuah panggung teater. Segalanya sudah disiapkan, tinggal kau yang menjadi pemeran utama yang akan membawa naskah itu ke arah yang benar. Lakukan yang terbaik supaya pertunjukan itu berhasil. Apapun yang terjadi...”
Jelas bukan? Lalu apa yang aku kejar? Akhir drama yang indah? Atau akhir drama yang dramatis?
Sayangnya selama ini aku selalu memikirkan bagaimana cara mengakhiri drama ini dengan dramatis, dan kalau mungkin, akhiri ini dengan cara yang begitu heroik atau bahkan melankolis. Atau dengan kata lain, jika aku menyamakan hidup sebagai panggung teater, jalan hidup sebagai naskah, aku sebagai pemeran utama, maka akhir dari sebuah drama itu adalah kematian. Iya bukan? Jadi bisa ditangkap bahwa aku ingin mati dengan dramatis. Bodoh? Iya, aku sadar aku bodoh. Tapi ada berapa juta orang bodoh di dunia ini yang ingin mengakhiri hidupnya dengan begitu dramatisnya? Banyak. Lalu kenapa mereka mau jadi bodoh seperti aku? Aku sendiri belum tahu alasannya. Alasan pasti kenapa aku ingin mengakhiri drama yang kubintagi ini dengan dramatis. Supaya drama ini dikenang? Ya, mungkin. Hampir semua drama diingat karena akhirnya yang dramatis. Romeo dan Juliet, diakhiri dengan Juliet yan jatuh terkulai bersama kekasihnya, Romeo dalam kematian. Dan terbukti, drama teater itu masih menggema hingga sekarang.
Tapi aku ingin mati dramatis supaya aku dikenang orang? Percuma. Sekarang, berapa banyak orang yang akan mengenangku ketika aku mati nanti? Seluruh dunia? Seluruh benua? Seluruh negara? bisa dijamin kematian yang dramatis ini tak akan berarti bagi dunia. Lalu, apa aku mau? Untuk apa aku mati tapi tak berarti apapun. Untuk apa akhir dramatis ini kalau tak dinikmati oleh seluruh umat di dunia selayaknya akhir dari Romeo dan Juliet?
Jadi kini aku mulai berpikir, percuma jika kau akhiri hidup kosong dengan sesuatu yang dramatis, seolah kau mengahabiskan tinta untuk melengkapi sebuah naskah kosong. Namun semuanya akan lebih berarti lagi jika hidup ini kita buat berisi sebelum berakhir. Jadi dengan cara apapun kita akhiri, cerita drama itu akan selalu dikenang. Entah dramatis, klise, datar atau apapun akhirnya, cerita itu, ceritamu, hidupmu, akan ada di pikiran, hati dan hidup setiap orang yang mendengarnya. Dan kalaupun berakhir, namamu tak akan begitu cepatnya hilang secepat pasir di atas porselen yang habis dihembus angin, tapi selayaknya barisan dan tumpukan jutaan butir pasir pantai yang tak habis dihamburkan angin, namamu akan selalu ada.
Sekarang aku ingin berkata pada kalian yang membaca ini, jangan pernah jadi sepertiku yang hanya mencari tahu dan bermimpi mengenai akhir dari hidup. Cari tahulah apa yang akan kau lakukan pada hidupmu selanjutnya supaya hidupmu tak menjadi sia-sia. Kalaupun sudah sia-sia, jangan coba untuk akhiri dengan dramatis. Percuma, ibaratnya seperti sudah kosong kau hancurkan juga, tak akan ada yang mengingat, hanya terjurai sedikit rasa iba seolah kau adalah orang yang tak bisa apa-apa dan perlu dikasihani dengan air mata, padahal, kalau kau mau, kau bisa saja mengisi lebih banyak supaya kau tak layak ditangisi karena kasihan ketika kau mencapai puncak dan akhirnya nanti.
Jadi, sekali lagi aku ingin kalian tahu, nanti ketika kalian mendengar namaku, kupastikan kalian akan mendengar nama seorang hebat, seorang terkenal, dan seorang pintar yang mampu mengisi naskah hidupnya dengan kejadian-kejadian indah, menyenangkan, penuh petualangan, dan berarti. Bukan orang bodoh yang hanya bisa memenuhi naskahnya dengan tinta-tinta corengan tak berguna, yang hanya ingin dan (lebih buruknya) akan mengakhiri naskah kosongnya dengan akhir dramatis tanpa arti. Ini aku. Untuk hidupku. Untuk dunia, suatu hari nanti.
*(dibuat) untuk orang lain!*

1 komentar:

DAVID mengatakan...

memang dunia akan tertawa saat kamu dilahirkan, begitu pula sebaliknya kamu justru akan tertawa disaat kamu meninggal, tentu tidak ingin keadaan ini terbalik bukan?
Untuk itu, berikan apa yang kamu bisa berikan pada dunia, mungkin dapat dimulai dari lingkungan kecil kamu, dari keluarga.. jangan minta sebaliknya yaitu apa yang bisa diberikan dunia pada kamu. Seperti buku, makin sering kamu buka dan isi dengan berbagai macam coretan, akan semakin memperkaya hidup kamu. SUKSES ALWAYS, dan jangan terbuai oleh mimpi, tapi kejarlah mimpimu.

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

press PLAY!

other posts...

want to know something?

Foto Saya
Bernadetha Amanda
I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Lihat profil lengkapku

now, count!

free hit counter

followers

Pages