Dear, Vinta

Buang saja waktu. Jika memang itu yang mestinya dilakukan. Saya lelah dipersalahkan terus. Dilelehkan paksa seperti mentega di atas tungku, melumer kembali pada api yang menghabisinya.

Detiki saja jam itu jika kamu mau. Saya bosan dicerca setiap kali kamu mencari celah jalan keluar dan kembali menyalahkan saya.

Rusak saja semua batasan itu. Batasan salah benar. Buruk baik. Tidur bangun. Buat saya merengkuh kembali kakimu, memohon supaya kiamu tidak menyerang saya dengan kata-katamu yang terlalu menyakitkan itu.

Salah jika saya membela diri? Ya, untuk kamu, saya selalu salah. Tidak pernah benar.

Dan kamu selalu benar. Seperti Tuhan. Yang mencipta semuanya, dan menjadikan segalanya baik.

Kamu dengan egoisme tingkat tinggi. Kamu yang dewasa. Hingga pada akhirnya selalu saya yang dicap anak kecil. Tolol. Bodoh. Pembuat masalah. Cengeng. Egois. Si pembuat salah. Si tersangka. Terdakwa. Yang mestinya dipenjara dengan rasa bersalah.

Bukankah kamu mestinya menjadi dia yang mengenal saya? Bukan menjadi dia yang hanya bisa menyerang saya, bersikap egois dan selalu memikirkan diri sendiri? Kapankah di dunia ini ada waktu untuk menyisipkan sedikit saja diri saya ini di dalam pikiran kamu? Ataukah hanya ada kamu, kamu, kamu, dan kamu saja di seluruh konstelasi dunia kamu?

Jangan marah. Saya hanya mencoba membela diri. Saya tidak eprnah punya kesempatan untuk ini di hadapan kamu. Kamu selalu benar, dan saya tidak pernah benar.

Sementara setiap kali saya terpuruk, hanya ada kamu di pikiran saya. Setiap saya bahagia, saya selalu berterima kasih pada kamu, datang padamu, mengucap kasih yang belum pernah setulus itu saya ucap kecuali pada orang tua dan kamu. Saya sadar kamu satu-satunya bahu yang sempurna untuk tempat bersandar. Yang selalu bisa mendengar kapanpun saya mau. Yang selalu ada di rumah setiap sore, siap mendengarkan saya di dalam kamarmu, walaupun saya tahu, kamu sibuk setengah mati.

Saya tangisi kebaikanmu. memuji kamu mati-matian, seolah kamu dewi terbaik yang diturunkan langit untuk saya, untuk menemani saya, menikmati semua ini dengan cara baik-baik saja. Merasa tidak perlu dipersalahkan, ataupun berbuat salah.

Tahukah kamu, hari-hari terakhir ini saya sering mendekati kamu, mengajak kamu bicara, di tengah semua kelelahan dan kesibukan saya, setidaknya melambaikan tangan ketika kamu keluar dari kamar, walaupun jarak kita kurang dari satu meter.

Sadarkah kamu, saya selalu memasang senyum terlebar saya setiap kali kamu keluar dari ruangan kecil milik kamu di rumah ini, dalam hati saya bicara, akhirnya dia keluar.

Tidakkah kamu sadar juga? Di tengah semua kesesakan sekolah yang dirunut terus menerus setiap hari saya selalu berusaha datang pada kamu? Bukan untuk meringankan beban saya sendiri. Saya sudah punya orang lain untuk bicara, dia selalu ada kapanpun saya butuh. Tiap pagi. Siang. Sore, tapi tidak, dia tidak bisa menggantikan kamu. Saya pernah cerita soal dia.

Saya tersenyum lebar, melambaikan tangan, mencoba mendekati kamu, kadang mengatakan sesuatu yang mengesalkan kamu, bercanda walau kadang berlebihan dan membuatmu kesal, sampai suatu hari saya bicara, meminta kamu melepaskan pakaian yang kamu pinjam dari saya dengan alasan saya pakai baju itu sabtu ini, dan kamu marah, karena saya mengatakannya di depan pacar kamu. Ini salah persepsi. Kamu harus tahu. Tidak ada tujuan saya untuk mempermalukan kamu, tidak pula saya ingin pamrih dan tidak tulus meminjamkan pakaian itu pada kamu. Saya hanya ingin mengajak kamu bicara.

Sumpah, saya hanya mencoba untuk mencuri perhatian kamu, beberapa detik saja lewat pertengkaran itu. Karena malam itu saya sudah lelah, tidak sanggup lagi berkelakar.

Sumpah, saya hanya merindukan kamu. Saya terlalu sibuk, kamu tidak pernah keluar kamar untuk sekadar bicara. Kamu sibuk dengan bbm ketika saya tidak sibuk. Dan saya selalu sibuk, bahkan ketika kita berdua sama-sama sibuk.

Kita tidak punya waktu banyak untuk sekadar bercerita. Berbincang. Atau tiduran di kamar sampai larut malam. Saya rindu semua waktu itu.

Tapi ketika sekarang saya habiskan semuanya dengan bertengkar dengan kamu, meskipun masalahnya sederhana, hanya karena masalah pakaian, saya harus menangis di depan laptop karena tidak tahu harus bicara pada siapa soal beban yang saya tumpuk selama ini. Saya sedang perang dingin dengan kamu, kakak saya sendiri. Tempat sampah termahal di dunia. Saya menyesal. Sungguh menyesal

Tapi sepertinya kamu terlanjur marah. Entah apapun itu alasannya.

Hari ini saya sedih. Tersesat. Bingung. Sesak napas. Kamu tahu?

Oh tentu saja tidak. Kamu tidak mendengarkan apa-apa dari saya. Kita baru saja bertengkar, beberapa menit yang lalu. Lagi.

Kamu ungkit masalah waktu itu. Padahal saya sudah hampir lupa.

Saya rasa suatu hari saya harus belajar untuk tidak membutuhkan kamu.

Dan saya tahu,

Faktanya,

Saya tidak bisa. Belum bisa. Belum sanggup.

Saya masih butuh kamu, kakak perempuan saya, di sisi saya. Entah sampai kapan.

As if you remember that old time

when I called you “mbak vinta”

And you answered me “apa?”

Then I said “main, yuk?”

See, I was just trying to play with you. To spend more time with you. And that’s it.

I want to play with you. To spend more sisters time. To talk more, and less on the fighting stuff…

I miss you my dearest sister. Even I know we have only these couples of meters far to each other’s room.

But we have this little time to talk as we used to, remember?

In fact, we have this much time to have a fight, or more.

Funny isn’t it? Don’t you think so?

They came up with dear, John. So I came with a letter for you,

Dear, Vinta


I love you, sis

When will we make things up?

I’m scared now.

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

press PLAY!

other posts...

want to know something?

Foto Saya
Bernadetha Amanda
I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Lihat profil lengkapku

now, count!

free hit counter

followers

Pages