4. they left me. well then, I'll leave my soul to the death
kutelusuri lagi lembaran hidupku. tak ada sedikitpun hal yang berarti yang bisa kutemukan.
aku terjebak dalam keputusasaan selama sisa hidupku.
mereka yang pernah mendukungku pergi menghilang entah kemana, kini mereka justru berdiri di sisi yang berlawanan denganku, seolah menginginkan aku untuk hengkang sekarang juga, mereka menjauhiku, seolah untuk selamanya. aku tak mengerti apa yang sedang terjadi atau apa yang telah terjadi. yang kupahami hanyalah mereka sungguh telah pergi jauh dari jangkauan tanganku.
aku semakin menjauh dari mereka, dan mendekat pada kematian.
tubuh ini tak ingin kompromi. kaki ini lemas, tak ingin lagi berdiri. jantungku sudah berdegup kencang dalam ketidak pastian dan dalam ketakutan yang sama akhir-akhir ini.
aku takut mereka tinggalkan, namun kenyataannya adalah:
aku terhenti di sini untuk waktu yang lama, berpikir mengapa mereka justru meninggalkanku ketika aku terjatuh, apa mereka sungguh tak peduli padaku dan meninggalkanku sendiri seperti ini?
karena kadang justru orang yang merasa kuat butuh pertolongan.
karena justru mereka yang bertingkah angkuhlah yang membutuhkan jabat tangan.
justru dia yang diamlah yang butuh sebuah kata.
seorang yang bersalah butuh pengampunan.
orang yang tersesat, butuh sebuah pertolongan atas jawaban ketersesatannya.
bahkan seorang yang ingin berdekatan dengan kematian, dia juga butuh hidup.
atau sebegitu bebalkah mereka sehingga mereka sama sekali tak mau mendengarkanku dan terus mempersalahkah aku atas semua pilihan yang kutetapkan?
karena aku diam bukan karena bisu, aku takut.
karena aku tak melihat bukan karena aku buta, aku tersesat.
karena aku tak bergerak bukan karena aku lumpuh, tapi rasa takut ini menahanku.
rasa takut ini lebih besar dari semua keinginanku untuk bicara, melihat, bergerak, dan bergabung. lebih besar dari rasa ingin tahuku.
lebih besar dari yang mereka tahu.
aku takut kehilangan mereka.
walaupun faktanya, cepat atau lambat
aku akan kehilangan mereka
demi keputusanku atas keputusasaan
demi kebodohanku atas semua kesalahan
aku mengaku salah.
aku yang bersalah.
salahkan aku.
salahkan aku jika aku
lebih memilih
menjatuhkan pilihanku
pada kematian
yang kuyakini akan datang lebih cepat
dari pengampunan kalian.
.maaf.
Jumat, Februari 20, 2009
|
Label:
a story about euphoria after death
|
Search This Blog
press PLAY!
other posts...
want to know something?

- Bernadetha Amanda
- I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Listed
-
Kind.7 tahun yang lalu
-
mencipta bahagia7 tahun yang lalu
-
-
-
Hey, this IS the 'next' post12 tahun yang lalu
-
-
-
swingin life14 tahun yang lalu
-
-
-
-
-
0 komentar:
Posting Komentar