maaf karena saya telah membuat kamu berkata ya

terbiasa mengucapkan tolong dan terimakasih. entah saya harus bangga atau tidak pada kebiasaan itu. saya tidak paham.

rasanya kebiasaan itu justru membuat saya mengharu biru dan memudahkan diri untuk berprinsip minta tolong daripada mandiri. toh pada akhirnya saya selalu bisa mengakhirinya dengan manis: terimakasih. apa salahnya? ada masalah?

sayangnya iya. sangat iya. masalah itu ada, dan saya belum tahu cara menyelesaikannya.
ada sebagian manusia... yang agaknya bibir dan lidahnya sudah sedemikian kelu untuk membuat penolakan. sebagian lainnya masih cukup legowo untuk berkata tidak. bahkan lainnya sebegitu tega untuk berucap tidak ketimbang mengusahakan iya.
sayangnya saya belum paham dan belum bisa membaca manusia macam itu. mana yang iya, mana yang tidak, mana yang legowo, mana yang setengah-setengah. bahkan mana yang enggan sekalipun.

semua akan berakhir pada poin bahwa: salah saya yang terlalu manja dan egois pada pilihan orang lain. ya, saya mengakui itu.
saya dengan mudah memaksa, tanpa peduli apakah mereka benar ingin memberikan bantuan itu pada saya. karena jujur, saya memberikan bantuan apapun... selama saya bisa. terutama untuk mereka yang menjadi bagian dari kepedulian saya. mereka yang dekat dengan saya. bahkan apapun saya korbankan, sekalipun itu sering merugikan saya secara implisit. selama saya mampu hari ini... saya tolong saat ini. soal efek 'kesulitan di suatu hari nanti' yang pasti akan saya hadapi... entahlah. itu bisa saya pikirkan... suatu hari nanti.
saya paham ini. saya tahu. oleh sebab itu maafkan saya yang baru dapat memahaminya sekarang ketika kamu tidak punya lagi kesempatan untuk berbicara langsung, karena mungkin banyak hal yang harus kamu pertimbangkan. saya paham, saya akan berbuat yang sama jika ada di posisi itu.
tidak mampu bicara langsung, karena pasti jika saya ada di sana, saya akan ketakutan setengah mati karena harus menyinggung manusia lain. saya paham. saya mengerti.
maaf karena saya baru mengerti sekarang.

maafkan saya yang egois.
saya yang manja.
saya yang implisit.
saya yang cengeng.
saya yang terlalu merepotkan.
saya yang tidak tahu diri.
saya yang tidak tahu waktu.
saya yang tidak peduli.
saya yang harus selalu kamu tunggui setiap waktu.
saya yang harus kamu sabari setiap waktu.
saya yang selalu memaksa.
saya yang selalu merasa benar.
saya yang selalu membuat kamu salah.
saya yang selalu membelesakkan kamu kedalam rasa terpaksa setiap kali berkata iya.
dan menenggelamkan kamu ke dalam rasa sesak ketika berkata tidak.
yang membuat kamu berpikir ratusan kali bahkan soal iya dan tidak sekalipun.
saya yang salah.
saya yang salah.
saya yang salah
dan bukan kamu.
saya bersumpah, saya minta maaf.

dan kamu tidak perlu tahu berapa banyak yang akan saya tangiskan malam ini.
kamu tidak perlu tahu. saya sudah cukup berterimakasih dengan kamu tahu, rasa bersalah ini sudah menyesakkan saya sejak terakhir saya membaca tulisan di layar laptop saya, dengan kamu tahu, saya sudah terlalu merasa bersalah karena merugikan kamu hingga sejauh ini. salah atas sesak dan galau yang kamu punya sekarang. maaf.
maaf karena telah membuat kamu berkata 'ya'

setelah ini semua akan baik-baik saja, kan?
kamu tetap teman saya?
maaf, saya hanya takut,
takut semua ini meninggalkan saya lebih cepat.
sama seperti sebelumnya.

and the truth is...
I feel so damn guilty

maaf bahasa saya berantakan. saya tidak bisa mengeluarkan semua kosa kata sekadar untuk memperindah dan memperkuat tulisannya. saya kehabisan kata-kata. rasa bersalah menguasai saya kali ini. ini bukannya berlebihan. sumpah, saya sesak nafas sekarang. mata saya rasanya bengkak bagian bawahnya. dan ehm, saya tidak sedang bercanda.
saya rasa tulisan ini sudah punya rasa bersalah untuk memperkuat diri sendiri. tidak perlu saya dukung lagi. rasanya justru saya yang butuh didukung sekarang.

2 komentar:

nina mengatakan...

gua nangis mand bacanya sumpah

Bernadetha Amanda mengatakan...

terimakasih nina sudah mau menangis untuk postingan yang ini. ehm, sebenernya knp harus nangis? serius? apa cuma kelilipan? hehe. saya tidak mau terlalu percaya diri dengan menganggap seorang nina menangis hanya karena baca tulisan macam itu.

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

press PLAY!

other posts...

want to know something?

Foto Saya
Bernadetha Amanda
I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Lihat profil lengkapku

now, count!

free hit counter

followers

Pages