selalu menjadi pihak pertama yang disalahkan, dan pihak terakhir yang diajak bicara.
muak rasanya ada di posisi ini.
inferior. seolah tidak diketahui keberadaannya.
bahkan ketika halus sekat emosi dan ego ini sudah bergesekan, tidak juga sakitnya berhenti.
jadi, saya sudah terbiasa dengan ini
silakan salahkan saya, sepuas-puasnya.
kalian tinggal menunggu menemukan raga saya menguap bersama udara, dan hilang,
lalu kalian kehabisan objek penderita
kehabisan manusia untuk dipersalahkan.
masih mau mencoba mengubah raga menjadi angin?
silakan, pintu itu masih terbuka lebar.
dan waktu masih mampu menunggu
mumpung.
mumpung ia berbaik hati.
silakan, saya sudah siap.
saya diam bukan karena menyerah,
tapi ingin henti berbuat dosa. itu saja.
0 komentar:
Posting Komentar