Jogja Istimewa


semua orang tahu akhir-akhir ini masyarakat Jogja sedang geram karena masalah keistimewaan kotanya, juga persoalan yang terkait dengan kekuasaan Sri Sultan yang (katanya) monarki.
sebenarnya, saya ingin bertanya satu hal: apa yang membuat mereka secinta itu pada Jogja? saya sebagai manusia awam, yang sebenarnya memiliki darah turunan Jogja ini sekarang justru dipusingkan dengan alasan kenapa masyarakat Jogja sebegitu kompak mendukung keistimewaan Jogja dan Pemimpinnya, Sri Sultan Hamengkubuwono X, bahkan dengan melakukan aksi cap jempol darah sekalipun (n.b. eyang kakung saya juga ikut aksi ini, beliau menyumbangkan cap jempol darahnya untuk menduku
ng Jogja dan Sri Sultan. bahkan beliau yang dekat dengan saya saja menunjukkan dukungan sebesar ini, bagaimana saya tidak makin bingung?)
terang-terangan saya tanya ibu, karena jujur saya kurang memiliki keberanian untuk tanya Eyang Kakung (:
ibu saya juga menjawab dengan ungkapan diplomatis, jadi mengambang, saya makin bingung. oke pertanyaan ini saya simpan dulu, entah sampai kapan.

nah seperti biasa, saya pasti selalu kemakan omongan sendiri. sekarang malah saya yang jatuh cinta pada Jogja, tiba-tiba pula. yang namanya jatuh tiba-tiba, pasti sakit kan? nah ini dia masalahnya. bukan sakit yang
betulan, sakit nya tidak secara harafiah, bukan juga sakit yang konotasinya buruk... intinya saya tidak menyesal kalau ahrus ajtuh cinta pada Jogja sekarang, saat yang tepat! saya sedang butuh semangat tambahan untuk lari ke UGM. haha. (setelah niat untuk mengejar Frau dan Melbi yang harus rajin-rajin saya pupuk)

pagi hari setelah sampai di Jogja, atas prakarsa ibu saya, kamis sekeluarga pergi ke Merapi. ibu saya yang orang Jogja asli sangat penasaran dengan wajah merapi hari itu. akhirnya bermodal nekad dan celana pendek kami berangkat ke Merapi, terlalu pagi sampais aya tidak berhenti menguap.
saya tidak bisa cerita banyak, karena jujur saya kehabisan kata-kata untuk merapi. kata-kata indah memang tidak pantas diucap untuk Merapi yang baru saja dilanda bencana sedemikian hebat, namun jujur merapi masih seindah itu, meskipun unsur indahnya sekarang ditambahi sedikit unsur seram. tapi Merapi masih tetap gagah... itu personifikasi yang diturunkan ibu pada saya... Merapi masih gagah, hari ini justru makin ga
gah. sebegitu cintanya kami pada Jogja.
kalau mau naik sampai kinahrejo, desanya Mbah Maridjan, harus melepas mobil dan naik dengan jalan kaki.
oh saran saya, kalau mau ke Merpi siapkan banyak uang receh, ya kisaran dua ribu ke atas. banyak pos yang dipasang, jadi ahrap memberi sumbangan, sukarela.
hampir di tiap pos ada tulisan yang embuat kami, wisatawan merasa ditohok habis-habisan. sayangnya saya tidak sempat mengambil fotonya. kira-kira tulisannya begini

"Kami (Merapi) bukan tontonan.
bantu hijaukan kami"

ya, betul juga sih... haha
sampai saat itu merapi masih ramai oleh wisatawan yang ingin memandangi merapi yang belum sembuh dair sakit. cepat sembuh (:
(foto lengkapnya ada di album foto saya di facebook, namanya Jogja Istimewa, bukan foto-foto indah dan estetis, kok. cuma foto dari kamera digital biasa, oleh amatir pula... maklum ya)

setelhanya, entah beberapa lama berikutnya kami jalan ke alun-alun selatan, sempat makan bakmi dulu, entah di daerah mana hehe saya lupa juga.
alun alun selatan adalah tempat beringin kembar, entah di alun-alun utara ada juga beringin ini atau tidak, yang apsti di Keraton Solo ada, di kedua alun-alunnya.
kalau malam tempat ini penuh dengan anak muda, lampu kelap kelip di mana-mana. ratusan manusia bertumpuk di jalan dan di alun-alun, menerbangkan benda kecil yang berputar di udara, seperti gasing terbang. terang, cerah, indah, melayang di udara. di jalanan ada sepeda yang dihiasi lampu, dikayuh oleh dua sampai empat orang, keliling alun-alun. meriah sekali! saya ingin turun, dan ikut naik sepedanya, tapi parkiran ramai, jadinya gagal. saran saya, jangan datang terlalu malam, parkiran terbatas...

Nikmati Jogja selagi bisa!
Jatuh cinta padanya selagi sempat
saya sedang butuh semangat, mendapatkan semangat saya kembali...
saya bersumpah akan kembali ke Jogja lagi
untuk kuliah di UGM. AMIN.

JOGJA ISTIMEWA
ternyata ini bukan cuma titel album atau tempelan biasa
Jogja memang istimewa, no doubt.
cepat sembuh Jogja sayang (:

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Search This Blog

press PLAY!

other posts...

want to know something?

Foto Saya
Bernadetha Amanda
I know English, a little French, and I do speak Ngoko and a few Krama (Javanese language has three kinds of hierarchical language, they're two of them) at home, well, mostly. I'm a big fan of Javanese literature, traditional art, music, theatrical performances, and books but I got this lack of time and chance to do all that stuff... yeah THROW A CONFETTI. (and yeah, feel free to drop some comments... BISOUS :*)
Lihat profil lengkapku

now, count!

free hit counter

followers

Pages